"Resign, tapi nanti bagaimana kalau yang kerja hanya suami? Apa cukup?"
Itu bayangan yang selalu hadir ketika kita berada dalam situasi ingin dan harus resign.
Ya, berdasarkan pengalaman yang saya alami. Pertama resign karena keinginan saya karena saya ingin kuliah. Kedua resign karena suami tidak ridho saya bekerja lagi karena alasan kesehatan dan kebahagiaan anak dan suami. Kedua situasi ini sungguh berbeda.
Situasi kedua disaat saya sudah menikah, mempunyai anak diusia 7 bulan dan mulai bekerja kembali hingga 1 tahun bekerja suami saya menyuruh untuk berhenti, tapi tidak saya tanggapi dengan berbagai alasan (intinya masalah keuangan). Dan 6 bulan terkahir bekerja ada saja masalah dalam keluarga kecil saya seperti kesehatan anak saya yang mengharuskan saya berhenti kerja. Dengan situasi seperti ini, banyak yang saya pikirkan mulai dari keuangan dan masa depan anak saya nanti. "Kalau saya tidak bekerja apa cukup nanti? Suami hanya guru honorer, usaha lain juga tidak ada. Bagaimana nanti kalau si kecil mulai sekolah? ini masih satu, kalau ada dua atau tiga anak lagi, apa ya cukup? Nah, terus kapan bisa beli rumah sendiri untuk bisa hidup mandiri?" Itu yang selalu saya pikirkan, hingga 6 bulan berlalu dan anak saya sakit yang mengharuskan saya hari itu juga harus berhenti kerja. Siap tak siap harus berhenti kerja? Ya... harus...
Allah sudah menjanjikan rejeki kepada manusia yang sudah berkeluarga. Seperti firman Allah berikut:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-haba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (An Nuur: 32)
Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, saat tanggung jawab seorang lelaki bertambah dengan memberikan kewajiban memberi nafkah pada sang istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberi rezeki yang lebih. Ini yang kami yakini, rezeki tidak hanya dalam bentuk uang saja, tetapi juga kesehatan, kebahagiaan dan lainnya yang kita peroleh tanpa kita sadari.
Setelah saya mengajukan resign, dan anak saya sudah cukup sehat, suami saya tiba-tiba mengajak kami untuk pergi berlibur diakhir tahun. Senang? Iya... Ragu? Iya... Saya hanya memikirkan uang saku dari mana? Wong saya resign cuma dapat gaji saja, apa ya cukup? Cuma Allah dan suami saya yang tahu...
Akhir tahun, antara libur Natal dan Maulid Nabi kami benar-benar berangkat berlibur. Betapa senangnya anak saya yang umurnya baru genap 2 tahun itu. Perjalanan yang hanya naik kendaraan umum ini membuatnya bahagia dan gembira. Tidak ada kata capek bagi anak saya, dia hanya mau jalan dan terus berjalan walaupun di dalam kendaraan dia tetap tak mau diam. Alhamdulillah... tak luput juga kita harus bersyukur kepada Allah, selain Allah memberi kesehatan pada kami semua, Allah juga memberi kebahagian. Kalau urusan uang itu bisa dicari kata suami saya, yakinlah sama Allah ta'ala...
Bersambung :)
EmoticonEmoticon