Senin, 29 Agustus 2016

Gelarku Sarjana dan Menjadi Ibu Rumah Tangga, I'm Fine...

Jadi Ibu Rumah tangga baru pasti familiar dengan kata-kata ini 
"Sekolah tinggi-tinggi kok jadi ibu rumah tangga, eman ya sekolahnya"
"Nggak sayang sama gelarnya, kok mau sih jadi ibu rumah tangga."




Sebagai seorang wanita yang bergelar sarjana lalu pada akhirnya memilih fokus jadi ibu rumah tangga, kadang kita sering menerima tanggapan-tanggapan seperti itu. Ada saja orang yang mencibir atau memandang sebelah mata. Padahal mereka hanya orang asing dan tak memahami kondisi kita yang sebenarnya. Intinya jangan terlalu mendengar omongan orang, kita harus fokus pada pilihan kita menjadi ibu rumah tangga. Toh, kita tidak sendiri kok, banyak wanita diluar sana yang lebih memilih meninggalkan karir demi keluarga.


  • Semua Soal Prioritas yang Kita Buat

Semua hal yang kita miliki dan lakukan ada prioritasnya sendiri. Ada kondisi dan situasi yang memerlukan perhatian yang lebih. Dan kita punya hak untuk membuat pilihan yang terbaik. Memang kadang tak mudah untuk melepaskan sesuatu untuk memperjuangkan sesuatu yang lain. Tapi asal kita bisa bertanggung jawab penuh dengan setiap keputusan yang kita buat, kita pasti akan baik-baik saja.


  • Tak Ada Waktu yang Sia-Sia

Kebersamaan dan memperhatikan tumbuh kembang anak dari waktu ke waktu, semua itu sangat istimewa sekali ya... Pengalaman saya selama 1,5 tahun meninggalkan anak demi pekerjaan, membuat saya menyesal "kenapa gak dari dulu saja mengasuh anak sendiri". Ini benar-benar keajaiban melihat tumbuh kembang anak menjadi lebih baik dan lebih sehat semenjak saya ada didekatnya. Semua tak ada yang pernah jadi sia-sia. Banyak pengalaman dan momen yang tak akan pernah terulang kembali. Bahagia tetap bisa kita dapat dalam kehangatan keluarga.


  • Jangan Buang Waktu Mendengar Cibiran Orang

Kalau menuruti dan mendengarkan cibiran orang lain, yakin deh kita bakal capek sendiri. Lebih baik diam dirumah merawat dan fokus pada anak dan suami. Memang hal yang lumrah kalau kita kesal dan marah dengan mereka yang mencibir dan menghakimi jalan hidup yang kita pilih. Hanya saja, nggak perlu terlalu dipikirin. Waktu dan energi kita terlalu berharga untuk mereka yang bisanya cuma mencibir orang lain. Lebih baik fokus untuk memberikan yang terbaik dalam tumbuh kembang anak.


  • Kita Bukan Ibu yang Sempurna, Tapi Kita Bisa Memilih untuk Bahagia

Menjadi ibu yang sempurna, kita pasti punya angan yang seperti ini. Memberikan semua yang terbaik untuk anak dan keluarga. Menjadi seseorang yang bisa diandalkan sekaligus dicintai oleh orang-orang terdekat kita. Hanya saja kita juga menyadari kalau diri kita juga punya kelebihan dan kekurangan. Masih banyak hal dari diri kita yang perlu terus diperbaiki. Tapi dari itu semua, kita selalu bisa memilih untuk bahagia. Menciptakan kebahagiaan kita sendiri dengan orang-orang tersayang kita.

Tak ada yang sia-sia dari pengalaman dan pelajaran yang kita dapat di bangku kuliah. Bahkan itu semua bisa jadi bekal kita untuk mendidik anak jadi lebih pintar dan cerdas. Ingat "Guru terbaik adalah seorang ibu". Memastikan semuanya bisa berjalan dengan baik dan memberikan semua yang terbaik untuk anak serta keluarga. Setuju?


EmoticonEmoticon